1. TEMA SIKAP KEDEWASAAN DALAM MENYIKAPI / PERBEDAAN
الحمد الله الّذى أمرنا بالتّعاون والا تّحاد.ونهاناعن التّخالف والانفراد أشهد انّ لا اله إلا الله وحده لا شريك له شهادة ادّخرها ليوم المعاد.وأشهد انّ سيّدنا محمّدعبده ورسوله الدّعى الى الهدى والرشّاد. صلى الله على سيّدنا محمّد وعلى اله وأصحابه كالنّجوم النّبيرات. صلاة وسلام مادائمين وستلاز مين الى يوم الأ هوال والحسراتْ.
(أمّا بعْد) فياأ يّهاالحاضــرون رحمكم الله. إتّــقو الله تــعالي
فى جمـيْع الحـالات .
HADIRIN SIDANG JUM’AT YANG SAYA MULIAKAN . . . .
Marilah kita semua bertaqwa dalam arti menumbuhkan rasa takut kita kepada Allah Swt, dalam segala tingkah, situasi dan kondisi apapun, juga dimanapun kita berada. Sebab dengan berbekal ketaqwaan, Allah Azza wa zalla akan senantiasa membimbing kita dan mencarikan kita solusi / jalan keluar bagi setiap problem dan kesulitan hidup yang kita hadapi. Allah juga akan menjadikan segala urusan yang rumit menjadi gampang, dan segala perkara yang rupek / sempit menjadi longgar.
Dan ketahuilah bahwa untuk memperoleh semuanya itu kuncinya adalah tetap berada pada diri kita sendiri. sebagai mahluk sosial kitapun menyadari bahwa bagaimanapun kita tidak pernah ada yang terbebas sama sekali dan tidak tersentuh oleh problematika kehidupan. Karena telah menjadi keniscayaan kita harus berinteraksi / berhubungan dengan semua pihak yang tentunya syarat dengan perbedaan. Lalu harus bagaimanakah kita menyikapi perbedaan-perbedaan itu ?
HADIRIN SIDANG JUM’AT RAHIMAKUMULLAH .......
“Persatuan dan tolong menolong” merupakan satu inti ajaran terpenting dari agama Islam yang suci, sedangkan “perselisihan, perpisahan dan bercerai berai” adalah sikap buruk yang dibenci agama. Allah Swt berfirman :
وتعاونوا على البرّ والتقوى ولا تعاونوا على الا ثم والعـدوان
Artinya : “Tolong menolonglah kamu sekalian semua dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong atas pekerjaan dosa dan permusuhan”
Dalam kaitan ini pula, Rasulullah Saw bersabda :
عن أنس رضى الله عنه. أنّ النّبى صلى الله عليه وسلّم قال : لا تباغضوا ولا تحاسدوا ولا تدابروا ولا تقاطعوا وكونوا عباد الله اخوانا ولا يحل لمسلم أنّ يهجر أحاه فوق ثلاث .
Artinya : Dari sahabat Anas RA sesungguhnya nabi Muhammad Saw bersabda : “Janganlah kalian semua saling benci-membenci, menghasut, saling bertolak belakang, dan janganlah pula saling memutuskan (tali persaudaraan). Jadilah kalian semua hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah halal bagi seorang Muslim menyateru / mendiamkan saudaranya hingga melebihi tiga hari”.
HADIRIN SIDANG JUM’AT YANG DIMULIAKAN ALLAH . . .
Waktu kita yang jumlahnya 24 jam dalam sehari semalam, hampir semuanya habis untuk kesibukan urusan kepentingan kita sendiri. Pada umumnya, kitapun tidak cukup punya waktu untuk njelimeti persoalan-persoalan yang tidak secara langsung ada kaitannya dengan kepentingan diri kita sendiri. Sehingga ketika muncul masalah agama, entah karena terdorong oleh Ghirah, semangat dan kepedulian, kadangkala bahkan seringkali kita segera menanggapi persoalan tersebut dengan tanpa menyempatkan diri untuk sekedar menengok sejauhmana tuntutan agama mereka sendiri, mengenai bagaimana seharusnya ia menanggapi persoalan itu.
Terlebih lagi dalam menanggapi persoalan yang menyangkut agama, kalaupun ada “konsultasi” sebelumnya, paling banter yaa hanya kepada akal pikiran kita sendiri dan emosi atau i’tiqad kelompok sendiri. hingga jarang sekali yang sampai kepada Allah Ta’ala, untuk dan demi siapa mereka hidup dan beragama.
Ambil saja contoh-contoh persoalan-persoalan yang menyangkut ukhuwah Islamiyah dan Mu’amalah bainan Nash ; kalaupun merujuk misalnya kepada firman Allah Ta’ala atau rasul – Nya, biasanya terlebih dahulu kita kenakan “kaca mata hitam – putih” kita sendiri atau kelompok kita sendiri. Kita benci dahulu kepada teman kita, misalnya. Lalu kita cari dalil-dalil yang bisa mengaitkannya dengan hal-hal yang tidak disukai oleh Allah ; dengan demikian akan mudah kita mengambil keputusan :”saudara kita itu dibenci Allah”; karenanya perlu kita ganyang. Kita curiga dulu terhadap kelompok, setelah itu dengan mudahnya kita mencari Hujjah atau argumentasi untuk membabat setiap gagasan, atau bahkan sekedar pendapat dari kelompok tersebut.
Mereka menganggap cara ini lebih jauh lebih mudah. Tidak banyak menyita waktu dan energi, ketimbang harus capek-capek mengatur strategi diri agar obyektif ; mengkaji masalah lebih jernih, utuh dan komperehensip / menyeluruh ; dan dengan lurus merujuk firman Allah dan atau sabda nabi dan rasull - Nya.
Tidakkah Allah menyuruh kita kaum Mu’minin untuk menegakkan kebenaran dan menjaga kesucian agama ...... ?
Allah berfirman dalam ayat suci Al-Qur'an :
ياأيها الّذين أمنو كونوا قوّميّن لله شهدآء بالقسط. ولا يجر منّكم شـنئآن قوم على أن لا تعدلوا. اعدلوا هو أقرب للتــّقوى . واتّقوا الله.ان الله خبير بّـماتعــملون. (المائدة : 8)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berperilaku tidak adil. Berlaku adillah karena pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al – Maidah : 8)
Dan bukankah Allah sendir, melalui lisan Rasulnya menyuruh kita kaum Mu’minin untuk menjauhi prasangka-prasangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan mengunjing sesama...?
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Hujaraat ayat 12 :
يـاأ يـّها الّذين اجتنـبوا كثير ا من الظن إن بعض الظّن إثم. ولا تجسسوا و لا يغتب بعضكم بعضا. أيحب أحدكم ان يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه. والتقوا الله. انّ الله توّب رحيم . (الحجرات : 12)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakanmu dari berprasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. 49 : 12)
Ataukah, lagi-lagi tetap dengan alasan tidak cukup waktu atau memang kita terlalu angkuh dan merasa tidak perlu untuk mendengarkan firman Allah tentang sikap dan perilaku yang harus kita ambil dan meski kita jalani ? Na’udzubillahi Min Dzalik.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG BUDIMAN .....
Lalu ketika setiap kali muncul tanggapan atas berbagai persoalan kemasyarakatan, masalah bangsa, atau bahkan agama yang kemudian nampak adalah budaya saling mendiskriditkan” saling “mengkambinghitamkan” atau mencari-cari pembenaran dan pembelaan atas “kepentingan” kelompok masing-masing. Maka siapakah yang paling bertanggung jawab untuk meluruskan semuanya itu ?
Menurut hemat kami, kita semua harus merasa punya tanggung jawab untuk itu. kalau dituntut skala proritasnya tentu yang paling punya tanggung jawab besar adalah mereka yang mengaku menjadi “pewaris para nabi / ulama atau para intelektual”, kemudian para pemimpin atau Umara’, para pengamat masalah agama, sosial, budaya, politik, dan ekonomi sampai akhirnya pada kita semuanya juga.
Berbicara tentang khilaf, “perbedaan” atau katakanlah pertikaian dikalangan umat Islam – termasuk sebagian besar para tokoh pemimpinnya – lagi-lagi kita masih melihat sikap yang belum cukup dewasa (dan entah harus menunggu sampai kapan) dalam menerima perbedaan. Dan sebagai pelerai kebingungan masyarakat yang diakibatkan oleh pertikaian dikalangan “Atas” atau “elit pemimpinnya” dimana mereka sendiri tidak dapat menjelaskannya, lalu merekapun berlindung dan menyitir dawuhnya para pini sepuh “Ikhtilafu al-immah rahmah” ; perbedaan pra imam / pemimpin itu suatu rahmah”. Itu benar, tetapi saya khawatir, jangan-jangan dimaksudkan untuk satu tujuan yang bathil. “Kalimatul haqqin uriida bihal baathil” karena pada kenyataannya banyak diantara kita yang belum bisa menangkap rahmat Allah itu, bahkan sebaliknya, justru tidak sedikit yang malah mengambil kesempatan untuk pamer ketidakmampuan dalam berbeda, sehingga perbedaan apa saja yang mempunyai potensi kontrofersial pada akhirnya hanyalah merupakan “kendaraan” yang dengan mudah dapat dikendarai “sentimen” yang sudah subur karena terus dipupuk.
Oleh karenanya, para pemimpin dan orang-orang panutan kita harus mampu mengaplikasikan fatwa-fatwa yang terus mereka anjurkan seperti mawas diri, bersikap adil, pengendalian diri, menjaga persatuan, saling tolong-menolong dan seterusnya dan sebagainya, termasuk sikap dewasa dalam menerima perbedaan. Sebab ada ungkapan Arab yang menyatakan : “An-Naasu ‘Alaa diini Muluukihim”, manusia itu tergantung pada (moral) agama para pemimpinnya”. Kalau panutannya ngawur pengikutnyapun nabrak-nabrak juga. Kalau pemimpinnya kekanak-kanakan bagaimana bisa diharapkan orang yang dipimpinnya menjadi dewasa. Kalau memang benar, hal disebut terakhir terjadi, maka apakah yang bisa kita lakukan ? kira-kira hanya tinggal do’a : “Allahummahdina wa Iyyahum”. “Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada kita dan mereka semuanya”.
جعلنا الله وإيّاكم من المتعاونـين والمتّحدين.وحشرنا وايّاكم فى زمرة المتّقين.وأدخلنا وايّاكم فى جنّات النّعيم. آمين ياربّ العالمين. واذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون. واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرّقوا واذكروانعمة الله عليكم اذكنتم اعدآء فألف بين قلوبـكم فاصبحتم بنعمته اخوانا وكنتم على شفا حفرة من الـنّار فأنقذكم مـنها. كذالك يبيّن الله لكم ايـته لعلّكـم تهتدون. وقل ربّ اغفر وارحـم وأنت خــير ر احمـين.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dengan kerendahan hati dan kemurnian jiwa, Dengan Tauhid yang mantap dan iman yang kuat, dan dengan segala rasa penghambaan, marilah kita bersimpuh memanjatkan syukur alhamdulillah di hadapan Allah Yang Maha Suci dan Maha Agung. Atas segala hak yang diberikan Allah kepada kita berupa rizki juga atas segala kewajiban berupa ibadah atau penghambaan. Allah SWT, yang kekuasaannya tidak terukur oleh langit dan bumi, Allah SWT, yang kemurahannya tidak mampu dibatasi alam semesta, Allah SWT, yang kasih sayangnya hanya diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa dan dengan ketaqwaan kita mudah-mudahan mampu menggapai rido Allah SWT. Amin ya Rabbal alamin.
Rahmat dan Salam semoga tetap Allah anugerahkan kepada yang dihormati manusia dan diagungkan malaikat, yang ditakuti Iblis dan dijauhi syetan. Sang kekasih Allah, Cahaya di tengah kegelapan, yang syafaatnya selalu dinanti oleh seluruh umatnya, pemegang singgasana kenabian, Pembawa risalah kebenaran, pembuka belenggu kedzaliman, Nabi besar Muhammad SAW.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dalam khutbah ini, perkenankanlah saya memberikan sebuah tema “Bulan Maulid sebagai bulan perbaikan akhlak”.
Ada sebuah fakta yang terjadi secara umum di lingkungan masyarakat kita, bahwa masyarakat atau kita secara pribadi lebih mengenal dan hafal bulan-bulan masehi daripada bulan-bulan Hijriyyah. Sebagai contoh, cobalah tanyakan kepada anak-anak, lebih mudah mana menyebutkan bulan januari sampai desember ataukah bulan Muharram sampai dzulhijjah? Saya yakin mereka lebih hafal januari sampai desember dibanding menyebutkan 12 bulan hijriyyah. Ini adalah salah satu bukti kurangnya porsi pengetahuan agama yang diberikan kepada anak-anak kita. Dan secara umum, ini adalah kemunduran pendidikan islam.
Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadi Tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah, Adalah 12 bulan Hijriyyah yang seharusnya mampu dihafalkan dan difahami oleh kita sebagai umat islam. Kenapa saya katakan demikian? Karena bulan-bulan tersebut memiliki nilai sejarah yang kuat. Terlebih-lebih 7 dari bulan-bulan tadi memiliki keistimewaan dibanding bulan-bulan lainnya. Bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam Islam, Rabiul Awwal, bulan kelahiran Nabi Muhammad, Rajab, Bulan di isra’kan dan mi’rajkannya baginda Rasulillah Muhammad SAW dari Makkah al-mukarromah ke Palestina dan terus ke sidrotul muntaha sampai akhirnya beliau mendapat wahyu shalat lima waktu, Bulan Sya’ban, sebagai bulan penutupan dan pergantian buku amal manusia, Bulan suci Ramadhan, sebagai bulan diwajibkannya berpuasa, turunnya al-Qur’an dan malam lailatur Qodar, Bulan Syawal sebagai Idul Fitri, hari kemenangan dan kesucian kaum muslimin, dan Dzulhijjah sebagai bulan Ibadah Haji dan hari Raya Qurban.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dengan memahami bulan-bulan Islam, diharapkan kita kaum muslimin memahami pula keutamaan dan keistimewaan yang ada di setiap bulannya seperti yang sudah disebutkan tadi. Ketika datang bulan Muharram, kita hafal dan faham bahwa itu bulan muharram, lalu dengan sadar, kita puasa sunnah 10 hari awal muharram. Saat Rabiul Awwal tiba, kita hafal dan faham bahwa itu bulan Maulid, lalu dengan sadar, kita mengenang perjuangan serta akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Begitu pula ketika bulan-bulan lain datang. Rajab datang, kita beramai-ramai memperbaiki shalat, mengenang disampaikannya wahyu shalat
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Hari ini, tepat kita berada di tanggal 23 Rabiul Awwal 1430 Hijriyyah.
- Kekalahan pasukan gajah
- Matinya api majusi
- Pemaaf x pendendam, dengki, hasud
- Penyantun/dermawan x kikir, bakhil
- Ahli ibadah x kufur ibadah
- Selalu mendahulukan dan mendoakan umatnya sampai akhir hayatnya
- Memberi syafaat
-
- mempelajari akhlak rasul dengan membaca al-qur’an dan memperbaiki bacaan, memahami makna dan melaksanakan amal.
Mendidik anak-anak, generasi penerus dengan akhlak yang mulia
الحمد الله الّذى أمرنا بالتّعاون والا تّحاد.ونهاناعن التّخالف والانفراد أشهد انّ لا اله إلا الله وحده لا شريك له شهادة ادّخرها ليوم المعاد.وأشهد انّ سيّدنا محمّدعبده ورسوله الدّعى الى الهدى والرشّاد. صلى الله على سيّدنا محمّد وعلى اله وأصحابه كالنّجوم النّبيرات. صلاة وسلام مادائمين وستلاز مين الى يوم الأ هوال والحسراتْ.
(أمّا بعْد) فياأ يّهاالحاضــرون رحمكم الله. إتّــقو الله تــعالي
فى جمـيْع الحـالات .
HADIRIN SIDANG JUM’AT YANG SAYA MULIAKAN . . . .
Marilah kita semua bertaqwa dalam arti menumbuhkan rasa takut kita kepada Allah Swt, dalam segala tingkah, situasi dan kondisi apapun, juga dimanapun kita berada. Sebab dengan berbekal ketaqwaan, Allah Azza wa zalla akan senantiasa membimbing kita dan mencarikan kita solusi / jalan keluar bagi setiap problem dan kesulitan hidup yang kita hadapi. Allah juga akan menjadikan segala urusan yang rumit menjadi gampang, dan segala perkara yang rupek / sempit menjadi longgar.
Dan ketahuilah bahwa untuk memperoleh semuanya itu kuncinya adalah tetap berada pada diri kita sendiri. sebagai mahluk sosial kitapun menyadari bahwa bagaimanapun kita tidak pernah ada yang terbebas sama sekali dan tidak tersentuh oleh problematika kehidupan. Karena telah menjadi keniscayaan kita harus berinteraksi / berhubungan dengan semua pihak yang tentunya syarat dengan perbedaan. Lalu harus bagaimanakah kita menyikapi perbedaan-perbedaan itu ?
HADIRIN SIDANG JUM’AT RAHIMAKUMULLAH .......
“Persatuan dan tolong menolong” merupakan satu inti ajaran terpenting dari agama Islam yang suci, sedangkan “perselisihan, perpisahan dan bercerai berai” adalah sikap buruk yang dibenci agama. Allah Swt berfirman :
وتعاونوا على البرّ والتقوى ولا تعاونوا على الا ثم والعـدوان
Artinya : “Tolong menolonglah kamu sekalian semua dalam hal kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong atas pekerjaan dosa dan permusuhan”
Dalam kaitan ini pula, Rasulullah Saw bersabda :
عن أنس رضى الله عنه. أنّ النّبى صلى الله عليه وسلّم قال : لا تباغضوا ولا تحاسدوا ولا تدابروا ولا تقاطعوا وكونوا عباد الله اخوانا ولا يحل لمسلم أنّ يهجر أحاه فوق ثلاث .
Artinya : Dari sahabat Anas RA sesungguhnya nabi Muhammad Saw bersabda : “Janganlah kalian semua saling benci-membenci, menghasut, saling bertolak belakang, dan janganlah pula saling memutuskan (tali persaudaraan). Jadilah kalian semua hamba Allah yang bersaudara. Dan tidaklah halal bagi seorang Muslim menyateru / mendiamkan saudaranya hingga melebihi tiga hari”.
HADIRIN SIDANG JUM’AT YANG DIMULIAKAN ALLAH . . .
Waktu kita yang jumlahnya 24 jam dalam sehari semalam, hampir semuanya habis untuk kesibukan urusan kepentingan kita sendiri. Pada umumnya, kitapun tidak cukup punya waktu untuk njelimeti persoalan-persoalan yang tidak secara langsung ada kaitannya dengan kepentingan diri kita sendiri. Sehingga ketika muncul masalah agama, entah karena terdorong oleh Ghirah, semangat dan kepedulian, kadangkala bahkan seringkali kita segera menanggapi persoalan tersebut dengan tanpa menyempatkan diri untuk sekedar menengok sejauhmana tuntutan agama mereka sendiri, mengenai bagaimana seharusnya ia menanggapi persoalan itu.
Terlebih lagi dalam menanggapi persoalan yang menyangkut agama, kalaupun ada “konsultasi” sebelumnya, paling banter yaa hanya kepada akal pikiran kita sendiri dan emosi atau i’tiqad kelompok sendiri. hingga jarang sekali yang sampai kepada Allah Ta’ala, untuk dan demi siapa mereka hidup dan beragama.
Ambil saja contoh-contoh persoalan-persoalan yang menyangkut ukhuwah Islamiyah dan Mu’amalah bainan Nash ; kalaupun merujuk misalnya kepada firman Allah Ta’ala atau rasul – Nya, biasanya terlebih dahulu kita kenakan “kaca mata hitam – putih” kita sendiri atau kelompok kita sendiri. Kita benci dahulu kepada teman kita, misalnya. Lalu kita cari dalil-dalil yang bisa mengaitkannya dengan hal-hal yang tidak disukai oleh Allah ; dengan demikian akan mudah kita mengambil keputusan :”saudara kita itu dibenci Allah”; karenanya perlu kita ganyang. Kita curiga dulu terhadap kelompok, setelah itu dengan mudahnya kita mencari Hujjah atau argumentasi untuk membabat setiap gagasan, atau bahkan sekedar pendapat dari kelompok tersebut.
Mereka menganggap cara ini lebih jauh lebih mudah. Tidak banyak menyita waktu dan energi, ketimbang harus capek-capek mengatur strategi diri agar obyektif ; mengkaji masalah lebih jernih, utuh dan komperehensip / menyeluruh ; dan dengan lurus merujuk firman Allah dan atau sabda nabi dan rasull - Nya.
Tidakkah Allah menyuruh kita kaum Mu’minin untuk menegakkan kebenaran dan menjaga kesucian agama ...... ?
Allah berfirman dalam ayat suci Al-Qur'an :
ياأيها الّذين أمنو كونوا قوّميّن لله شهدآء بالقسط. ولا يجر منّكم شـنئآن قوم على أن لا تعدلوا. اعدلوا هو أقرب للتــّقوى . واتّقوا الله.ان الله خبير بّـماتعــملون. (المائدة : 8)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berperilaku tidak adil. Berlaku adillah karena pada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al – Maidah : 8)
Dan bukankah Allah sendir, melalui lisan Rasulnya menyuruh kita kaum Mu’minin untuk menjauhi prasangka-prasangka, mencari-cari kesalahan orang lain, dan mengunjing sesama...?
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Hujaraat ayat 12 :
يـاأ يـّها الّذين اجتنـبوا كثير ا من الظن إن بعض الظّن إثم. ولا تجسسوا و لا يغتب بعضكم بعضا. أيحب أحدكم ان يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه. والتقوا الله. انّ الله توّب رحيم . (الحجرات : 12)
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakanmu dari berprasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu mengunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. 49 : 12)
Ataukah, lagi-lagi tetap dengan alasan tidak cukup waktu atau memang kita terlalu angkuh dan merasa tidak perlu untuk mendengarkan firman Allah tentang sikap dan perilaku yang harus kita ambil dan meski kita jalani ? Na’udzubillahi Min Dzalik.
HADIRIN JAMAAH JUM’AH YANG BUDIMAN .....
Lalu ketika setiap kali muncul tanggapan atas berbagai persoalan kemasyarakatan, masalah bangsa, atau bahkan agama yang kemudian nampak adalah budaya saling mendiskriditkan” saling “mengkambinghitamkan” atau mencari-cari pembenaran dan pembelaan atas “kepentingan” kelompok masing-masing. Maka siapakah yang paling bertanggung jawab untuk meluruskan semuanya itu ?
Menurut hemat kami, kita semua harus merasa punya tanggung jawab untuk itu. kalau dituntut skala proritasnya tentu yang paling punya tanggung jawab besar adalah mereka yang mengaku menjadi “pewaris para nabi / ulama atau para intelektual”, kemudian para pemimpin atau Umara’, para pengamat masalah agama, sosial, budaya, politik, dan ekonomi sampai akhirnya pada kita semuanya juga.
Berbicara tentang khilaf, “perbedaan” atau katakanlah pertikaian dikalangan umat Islam – termasuk sebagian besar para tokoh pemimpinnya – lagi-lagi kita masih melihat sikap yang belum cukup dewasa (dan entah harus menunggu sampai kapan) dalam menerima perbedaan. Dan sebagai pelerai kebingungan masyarakat yang diakibatkan oleh pertikaian dikalangan “Atas” atau “elit pemimpinnya” dimana mereka sendiri tidak dapat menjelaskannya, lalu merekapun berlindung dan menyitir dawuhnya para pini sepuh “Ikhtilafu al-immah rahmah” ; perbedaan pra imam / pemimpin itu suatu rahmah”. Itu benar, tetapi saya khawatir, jangan-jangan dimaksudkan untuk satu tujuan yang bathil. “Kalimatul haqqin uriida bihal baathil” karena pada kenyataannya banyak diantara kita yang belum bisa menangkap rahmat Allah itu, bahkan sebaliknya, justru tidak sedikit yang malah mengambil kesempatan untuk pamer ketidakmampuan dalam berbeda, sehingga perbedaan apa saja yang mempunyai potensi kontrofersial pada akhirnya hanyalah merupakan “kendaraan” yang dengan mudah dapat dikendarai “sentimen” yang sudah subur karena terus dipupuk.
Oleh karenanya, para pemimpin dan orang-orang panutan kita harus mampu mengaplikasikan fatwa-fatwa yang terus mereka anjurkan seperti mawas diri, bersikap adil, pengendalian diri, menjaga persatuan, saling tolong-menolong dan seterusnya dan sebagainya, termasuk sikap dewasa dalam menerima perbedaan. Sebab ada ungkapan Arab yang menyatakan : “An-Naasu ‘Alaa diini Muluukihim”, manusia itu tergantung pada (moral) agama para pemimpinnya”. Kalau panutannya ngawur pengikutnyapun nabrak-nabrak juga. Kalau pemimpinnya kekanak-kanakan bagaimana bisa diharapkan orang yang dipimpinnya menjadi dewasa. Kalau memang benar, hal disebut terakhir terjadi, maka apakah yang bisa kita lakukan ? kira-kira hanya tinggal do’a : “Allahummahdina wa Iyyahum”. “Semoga Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada kita dan mereka semuanya”.
جعلنا الله وإيّاكم من المتعاونـين والمتّحدين.وحشرنا وايّاكم فى زمرة المتّقين.وأدخلنا وايّاكم فى جنّات النّعيم. آمين ياربّ العالمين. واذا قرئ القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون. واعتصموا بحبل الله جميعا ولاتفرّقوا واذكروانعمة الله عليكم اذكنتم اعدآء فألف بين قلوبـكم فاصبحتم بنعمته اخوانا وكنتم على شفا حفرة من الـنّار فأنقذكم مـنها. كذالك يبيّن الله لكم ايـته لعلّكـم تهتدون. وقل ربّ اغفر وارحـم وأنت خــير ر احمـين.
2. BULAN MAULID SEBAGAI BULAN AKHLAK
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور
أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهدى الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له.
أشهد أن لاإله إلاالله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي
بعده. أللهم صل وسلم وبارك على سيدنا ومولنا محمد وعلى اله وأصحابه
والتابعين وتابع التابعين وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن. فياأيها الناس, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا (الأحزاب: 71) وقال رسول الله
صلى الله عليه واله وسلم إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق صدق الله العظيم
وصدق رسوله النبي الحبيب الكريم ونحن على ذلك من الشاهدين والشاكرين والحمد
لله رب العلمين أما بعد.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dengan kerendahan hati dan kemurnian jiwa, Dengan Tauhid yang mantap dan iman yang kuat, dan dengan segala rasa penghambaan, marilah kita bersimpuh memanjatkan syukur alhamdulillah di hadapan Allah Yang Maha Suci dan Maha Agung. Atas segala hak yang diberikan Allah kepada kita berupa rizki juga atas segala kewajiban berupa ibadah atau penghambaan. Allah SWT, yang kekuasaannya tidak terukur oleh langit dan bumi, Allah SWT, yang kemurahannya tidak mampu dibatasi alam semesta, Allah SWT, yang kasih sayangnya hanya diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang bertaqwa dan dengan ketaqwaan kita mudah-mudahan mampu menggapai rido Allah SWT. Amin ya Rabbal alamin.
Rahmat dan Salam semoga tetap Allah anugerahkan kepada yang dihormati manusia dan diagungkan malaikat, yang ditakuti Iblis dan dijauhi syetan. Sang kekasih Allah, Cahaya di tengah kegelapan, yang syafaatnya selalu dinanti oleh seluruh umatnya, pemegang singgasana kenabian, Pembawa risalah kebenaran, pembuka belenggu kedzaliman, Nabi besar Muhammad SAW.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dalam khutbah ini, perkenankanlah saya memberikan sebuah tema “Bulan Maulid sebagai bulan perbaikan akhlak”.
Ada sebuah fakta yang terjadi secara umum di lingkungan masyarakat kita, bahwa masyarakat atau kita secara pribadi lebih mengenal dan hafal bulan-bulan masehi daripada bulan-bulan Hijriyyah. Sebagai contoh, cobalah tanyakan kepada anak-anak, lebih mudah mana menyebutkan bulan januari sampai desember ataukah bulan Muharram sampai dzulhijjah? Saya yakin mereka lebih hafal januari sampai desember dibanding menyebutkan 12 bulan hijriyyah. Ini adalah salah satu bukti kurangnya porsi pengetahuan agama yang diberikan kepada anak-anak kita. Dan secara umum, ini adalah kemunduran pendidikan islam.
Muharram, Shafar, Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Awwal, Jumadi Tsani, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzulqo’dah dan Dzulhijjah, Adalah 12 bulan Hijriyyah yang seharusnya mampu dihafalkan dan difahami oleh kita sebagai umat islam. Kenapa saya katakan demikian? Karena bulan-bulan tersebut memiliki nilai sejarah yang kuat. Terlebih-lebih 7 dari bulan-bulan tadi memiliki keistimewaan dibanding bulan-bulan lainnya. Bulan Muharram sebagai bulan pertama dalam Islam, Rabiul Awwal, bulan kelahiran Nabi Muhammad, Rajab, Bulan di isra’kan dan mi’rajkannya baginda Rasulillah Muhammad SAW dari Makkah al-mukarromah ke Palestina dan terus ke sidrotul muntaha sampai akhirnya beliau mendapat wahyu shalat lima waktu, Bulan Sya’ban, sebagai bulan penutupan dan pergantian buku amal manusia, Bulan suci Ramadhan, sebagai bulan diwajibkannya berpuasa, turunnya al-Qur’an dan malam lailatur Qodar, Bulan Syawal sebagai Idul Fitri, hari kemenangan dan kesucian kaum muslimin, dan Dzulhijjah sebagai bulan Ibadah Haji dan hari Raya Qurban.
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Dengan memahami bulan-bulan Islam, diharapkan kita kaum muslimin memahami pula keutamaan dan keistimewaan yang ada di setiap bulannya seperti yang sudah disebutkan tadi. Ketika datang bulan Muharram, kita hafal dan faham bahwa itu bulan muharram, lalu dengan sadar, kita puasa sunnah 10 hari awal muharram. Saat Rabiul Awwal tiba, kita hafal dan faham bahwa itu bulan Maulid, lalu dengan sadar, kita mengenang perjuangan serta akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Begitu pula ketika bulan-bulan lain datang. Rajab datang, kita beramai-ramai memperbaiki shalat, mengenang disampaikannya wahyu shalat
Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang dimulyakan Allah
Hari ini, tepat kita berada di tanggal 23 Rabiul Awwal 1430 Hijriyyah.
- Rabiul Awal salah satu bulan suci
- Kekalahan pasukan gajah
- Matinya api majusi
- Maulid sebagai refleksi akhlak
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ
كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab :
33 ayat 21)
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Akhlak Rasul- Pemaaf x pendendam, dengki, hasud
- Penyantun/dermawan x kikir, bakhil
- Ahli ibadah x kufur ibadah
- Selalu mendahulukan dan mendoakan umatnya sampai akhir hayatnya
- Memberi syafaat
-
- Perbaikan akhlak manusia dan pembentukan akhlak karimah untuk generasi penerus
- Harapan
- mempelajari akhlak rasul dengan membaca al-qur’an dan memperbaiki bacaan, memahami makna dan melaksanakan amal.
Mendidik anak-anak, generasi penerus dengan akhlak yang mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar