Liburan
sekaligus
Jadian
Jadian
Ujian Nasional telah berakhir,
lega rasanya. Namun masih ada yang mengganjal bagiku, rencana esok liburan
bagaimana? Tertawa, terdiam, termenung sendirian tanpa ada seseorang yang
menemani. Malam ini sekilas terbayang senyum di wajahnya, matanya yang
berlinang seakan-akan hatiku ingin merebut hatinya. Teman-temanku pasti sedang bercanda
tawa bersama kekasihnya. Aku sejenak terdiam dan bertanya kepada diriku sendiri
“Mengapa aku tidak bisa seperti mereka, yang mempunyai idaman hati?”, aku terus
memikirkannya hingga aku tidur pulas di teras depan rumah yang dingin bagai
kutub utara yang membekukan seluruh ragaku, bahkan nafaskupun menjadi es yang
mengeras.
Tak sadar, aku
dibangunkan oleh matahari yang menyilaukan mataku, sampai merem-melek aku
dibuatnya. Tetapi aku masih duduk santai di teras depan rumah, “Huaaah... hari
ini ‘kan hari minggu, santai saja ah” tetapi seketika itu aku termenung
sejenak, “Aduh... hari ini ‘kan anggota pramuka berkumpul di sekolah, kenapa
tidak ada yang mengingatkan aku sih?”. Tanpa berfikir panjang pendek, aku
langsung menuju kamar mandi dan bersiap melenyapkan kuman-kuman yang hinggap di
badanku dengan sabun andalanku, ‘Lifebuoy. “Aduh... dimana handukku?” tak sadar
jika aku mandi tanpa membawa handuk, langsung saja aku berteriak memanggil Ibu
untuk mengambilkan handukku. Dengan didorong oleh waktu, aku langsung
mempersiapkan segalanya, mulai dari seragam pramuka, sepatu, dan tas yang
selalu aku bawa tiap harinya.
Sekitar
seperempat jam aku tiba di sekolah kesayanganku, MTs. Ternyata aku tidak terlambat
sekali, masih sebagian anak yang kelihatannya belum sampai di sekolah. Susah
payah mandi akhirnya badan penuh dengan keringat. Tiba-tiba nada dering
berbunyi, sebuah pesan aku baca “Yang sudah datang langsung ke lantai 2 untuk
membahas acara liburan?”. Mendengar kata-kata itu, aku berteriak kesenangan di
dalam hatiku dan langsung menaiki tangga yang lumayan tinggi. “Tok... tok...
tok...” aku mengetuk pintu dengan sekeras mungkin, dan “Masuk...” suara yang
ramai sekali menurutku. “Ayo, segera berkumpul, biar tidak terlalu lama?”
perintah dari kakak pembina. Kami berkumpul dengan tertib, tentu saja laki-laki
berkumpul dengan laki-laki perempuan dengan perempuan. Di forum ini kami
membahas acara liburan yang akan dilaksanakan besok bila tidak ada halangan tentunya.
Kami berdiskusi, bertanya, serta mencatat persyaratan-persyaratan yang ada.
Banyak yang memilih tempat-tempat liburan sesuai dengan kehendaknya
masing-masing, ada yang ingin ke Monas, Trans Studio Bandung, Lawang Sewu,
Lembah Hijau, dan banyak lagi lainnya. Namun keputusan kakak pembina jauh dari
harapan kami semua, kakak pembina memilih beribur
ke pantai Clara, yang berada di Padang Cermin. Dengan sangat kecewanya kami
menyetujui dan tentunya dengan biaya yang sangat murah bukan? Masalah objeknya
selesai, kini tinggal peserta yang ingin ikut dan disetujui oleh orang tua
masing-masing, dan yang paling menyenangkan bagiku adalah saat dia juga ikut
acara liburan ini. Nurul Aini adalah perempuan yang shalehah, mandiri, rajin
terhadap apa yang ia kerjakan, diperbolehkan oleh orangtuanya untuk ikut
berlibur ke pantai Clara. “Yes, hore... kesempatan bagiku” ujar hatiku yang tak
sabar ingin mengatakan sesuatu kepada perempuan berjilbab itu. Tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 11.00 a.m. waktunya untuk pulang, aku harus buru-buru
mencari tumpangan untuk mengantarku sampai di rumah. Kebetulan sekali datang seseorang
dengan motor Honda Supra X nya, Fauzi salah seorang temanku yang memang arah
rumahnya bersamaan dengan rumahku, “baik sekali nasibku hari ini”. Aku
berboncengan dengannya sampai ke depan pintu gerbang rumahku.
Selepas dari
sekolah, aku mulai mempersiapkan peralatan yang dibawa untuk liburan besok.
Tapi aku tidak khawatir akan bekal untuk makanku selama liburan, karena panitia
sudah menyiapkan makanan yang sebelumnya sudah dibayar. Pakaian untuk berenang
sudah, untuk ganti sudah, peralatan mandi mulai dari sikat, handuk, sabun beres
semua, berfikir sejenak sampai lima menit berlalu. Tiba-tiba nada dering hpku
berbunyi, ternyata hanya sebuah sms dari temanku yang bernama Rizky, “Biarlah,
paling tidak penting” fikiran pendekku berkata. Serasa sudah lengkap semua, aku
berbaring diatas ranjang yang ‘empuk untuk menghilangkan rasa lelahku. Beberapa
menit kemudian aku tertidur pulas, serasa tidak mempunyai beban apapun,
sampai-sampai semut, nyamukpun ikut berbaring diatas badanku.
Tak beberapa lama
dari itu, suara adzan maghrib membangunkanku. Dan aku bangun dan segera mengambil
air untuk berwudhu, berdoa agar perjalanan besok selamat, sehat wal afiat, dan
rencanaku berhasil, amin. Sepulangnya dari masjid, aku membuka pesan singkat
dari Rizky tadi siang yang berisi “Jangan lupa, besok bawa bola kaki bar?”, Oh
ya ampun, hampir saja aku lupa membawa bola, karena bagianku membawa bola, sedang
yang lain ada yang membawa gitar, kamera dan lain-lain. Dan aku juga langsung
teringat untuk membeli snack, karena besok pasti akan boring jika berada dalam
bis tanpa snack. Aku bergegas mengeluarkan motor dan berangkat menuju toko yang
banyak snacknya yaitu di Alfamart, yang katanya belanja puas, harga pas. Disitu
aku membeli snack yang banyak karena besok tidak hanya aku saja yang
memakannya, tetapi semua teman-temanku juga.
Kulihat waktu mulai
malam, dan rasanya sudah cukup banyak snack dan minuman yang kubeli. Kubawa
belanjaanku tersebut ke meja kasir, setelah itu aku membayarnya dengan sebagian
uang tabunganku. Setelah membayar aku pulang dengan bawaan yang banyak, ketika
aku mengendarai motorku, aku melihat Aini sedang bersama kakaknya pergi ke
rumah makan yang ada di pinggir jalan, sebelah Bank Tataarta. Rasanya aku ingin
menggantikan kakaknya dan duduk tepat di hadapannya, tetapi itu hal yang
mustahil bagiku. “Aku harus bersabar sampai waktunya tiba nanti” kata-kata yang
terucap dalam hatiku. Aku meneruskan perjalanan kembali dan lima menitan aku
sampai di rumah. “Huaaah... tak sabar aku untuk hari esok”. “Aini, telah
lama kupendam perasaan ini, mungkin selama ini dirimu tak menyangka bahwa
diriku telah menyukaimu” ujar kataku manis. “Benarkah?” tanyanya dengan lembut.
“Iya, aku itu suka... sa... ma... kamu, tolong terima aku apa adanya?”
permintaan penuh harapan. “Maaf bar, tetapi aku... aku tidak menyukaimu, Maaf ya?” “E... ”
Keesokan
harinya...
Aku bangun dari
tidurku, dan ternyata itu hanya sebuah mimpi, syukurlah. Ternyata masih pukul
lima pagi, aku menuju dapur untuk menyiapkan perbekalan berupa snack dan
minuman yang telah aku beli. Setelah itu aku mengambil air wudhu dan segera
sholat shubuh agar diperjalanan nanti merasa tenang. Setelah semua siap aku
berangkat, dan hampir saja aku tertinggal karena jam enam tepat kami sudah
harus berangkat.
Diperjalanan
sudah aku rencanakan sebelumnya, bernyanyi bersama, makan bersama, tertawa
bersama dalam sejuknya AC sampai-sampai ada yang tertidur pulas, dan ada juga
yang asyik chatingan. Setelah asyik
bersenang-senang selama kurang lebih empat jam, kami hampir sampai ditujuan.
Pemandangan laut mulai terlihat jelas dari dalam bis, wisatawanpun mulai
berdatangan. Akhirnya kami turun juga dari bis, kami langsung berjalan
berkeliling. Tak sampai beberapa meter, kami melihat ada lapangan sepakbola
dengan gawangnya tetapi berbeda dengan ukuran lapangan sebenarnya. Kami mulai
membagi tim dengan jumlah pemain yang sama, kakak pembina pun tidak mau kalah,
mereka juga ikut dalam permainan ini. Kami asyik bermain hingga sekujur badan
dipenuhi keringat, yang lebih mengasyikan ketika kami unggul melawan kakak
pembina. Tak senang melihat kami bermain bola, datang rombongan lain untuk
mengajak kami bertanding sepakbola. Kami terima tawaran tersebut dan kami
membuat formasi yang bagus, walaupun aku berada diposisi bagian back tetapi aku
senang bisa bermain melawan sekolah lain, dengan kekuatan seadanya kami bermain
imbang karena kelelahan bermain sejak tadi. Teman-teman wanita pun tidak mau
kalah, mereka memberi dukungan sekeras mungkin. Semangat kami mulai bangkit, gol
pertama dicetak oleh Aldi, yang postur tubuhnya seperti aku. Tetapi tim lawan
juga tidak mau kalah justru berbalik arah, Ibnu dan Aziz saling mencetak gol ke
gawang lawan sehingga skor akhir 4-3, akhirnya walaupun lelah terasa tetapi kami
menang.
Selepas bermain
bola, kami berganti pakaian untuk berenang di pantai yang bening nan sejuk, sebelum
itu kami berfoto-foto untuk mengenang masa-masa terakhir ini. Rupanya sebagian
temanku sudah berada menengah ke laut, mereka mencari kerang untuk hiasan, aku
juga tidak mau kalah untuk mencari kerang sebanyak-banyaknya. Tetapi tak sampai
ketengah, aku langsung minggir karena tak bisa berenang. Salah seorang temanku,
zaenal yang menyewa “ban” untuk ke tengah laut dan aku ikut bersamanya
sampai ketengah laut. Sesekali aku menengok dan melihat dia berenang tetap memakai
jilbab, tidak seperti teman-temannya yang berenang tanpa memakai jilbab, hal
inilah yang aku suka dari dirinya. Aku langsung mengambil kerang-kerang yang motifnya
bagus dan indah. Langsung saja kurangkaikan menjadi sebuah kalung untuk kujadikan
alat sebagai bukti aku mencintainya, tetapi aku masih memikirkan mimpi yang
semalam, aku takut bila mimpiku menjadi kenyataan nantinya. Aku dan zaenal
berusaha mencari lagi kerang-kerang yang lebih bagus. “Kayaknya udah banyak
bar, udahan yuk?” “Ya udah, lagipula udah dipanggil untuk makan siang”. Kami
berdua segera menuju pantai untuk makan siang bersama tentunya setelah ganti
pakaian. Sambil menikmati makanan yang enak, juga menikmati indahnya biru
lautan.
Disaat terik
matahari mulai menyengat, kami menyeberangi pulau kecil di seberang menggunakan
perahu kecil yang harganya murah. Tak lupa membawa kamera, kami foto bersama di
perahu kecil. Sekitar setengah jam kami sampai, di pulau kecil ini tak ada
apa-apa. Disana kami hanya mengambil foto saja, hati kecilku bertanya “Mungkin
ini waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku”. Kalung kerang buatanku masih
kubawa dan aku mulai mendekatinya.
“Pemandangan disini tidak kalah indahnya ya?”
“Tidak kalah indahnya sama apa?” jawabnya dengan nada halus.
“Tidak kalah indahnya sama wajahmu”
“Makasih” jawabnya penuh senyum.
“An, kamu mau terima ini gak?” tanyaku dengan memberikan kalung
buatanku
Sekali lagi dia menjawab “Makasih, cantik banget”
“Itu tanda aku mencintai kamu loh, terima ya?”
“Tapi... kamu yakin? Kamu serius sama aku?”
“Kalo kamu terima, aku bakalan serius”
“Ya, aku terima”
“Cie...” sorak teman-temanku. “Kayaknya nanti malam M2M” ujar
zaenal. Hatiku senang tak karuan, karena semalam mimpi buruk tetapi syukurlah
tidak sampai terjadi. Waktu kami telah habis, saatnya kami kembali ke pantai,
karena masih banyak pengunjung lain yang ingin mengunjungi pulau kecil ini.
Setelah sampai kurang lebih pukul empat sore, kami mandi di kamar mandi
terdekat. Setelah selesai mandi, kami membereskan barang-barang ke dalam mobil.
Tepat pukul lima sore, kami pulang melewati jalan sebelumnya. Yang membuat berbeda
dengan perjalanan sebelumnya adalah kali ini aku duduk bersama kekasih yang
baru saja jadian. Setengah perjalanan dilalui, tiba-tiba mobil mogok dan
berhenti, hal inilah yang menunda perjalanan kami. Entah apa yang sebenarnya
terjadi yang penting aku terus berada didekatnya. Sambil menunggu, kami semua
menyanyikan lagu geisha, aku mengajak Aini berdiri untuk menjadi seperti peran
video klip, tapi dia malu-malu dan tidak mau. Kucoba beberapa cara untuk
meyakinkan dia bahwa ini teman-teman yang kita kenal, akhirnya dia pun ikut
berdiri. Walaupun menunggu mobil hingga bermenit-menit, tetapi kami menggunakan
waktu ini untuk bersenang-senang. Tetapi kami sudah menunggu sekitar dua puluh
menitan, akhirnya semua anak laki-laki turun dan ikut membantu mengganti ban
dan membantu mendorong mobil, hingga bersusah payah kami mendorong sekuat
tenaga akhirnya mobil kembali lancar dan siap memulai perjalanan kembali.
Beberapa menit kemudian mobil selesai diperbaiki, dan kami melanjutkan
perjalanan kembali. Empat jam berlalu akhirnya kami sampai juga dengan selamat.
Akhirnya aku dan dia pulang bersama-sama sampai ke rumahnya. Sejak saat itulah
aku selalu berbagi waktu dengannya, canda tawa, duka cita selalu kami jalani
bersama.
{Tamat}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar