Selasa, 22 Januari 2013

Cerpen 2

Liburan sekaligus
Jadian
          Ujian Nasional telah berakhir, lega rasanya. Namun masih ada yang mengganjal bagiku, rencana esok liburan bagaimana? Tertawa, terdiam, termenung sendirian tanpa ada seseorang yang menemani. Malam ini sekilas terbayang senyum di wajahnya, matanya yang berlinang seakan-akan hatiku ingin merebut hatinya. Teman-temanku pasti sedang bercanda tawa bersama kekasihnya. Aku sejenak terdiam dan bertanya kepada diriku sendiri “Mengapa aku tidak bisa seperti mereka, yang mempunyai idaman hati?”, aku terus memikirkannya hingga aku tidur pulas di teras depan rumah yang dingin bagai kutub utara yang membekukan seluruh ragaku, bahkan nafaskupun menjadi es yang mengeras.
            Tak sadar, aku dibangunkan oleh matahari yang menyilaukan mataku, sampai merem-melek aku dibuatnya. Tetapi aku masih duduk santai di teras depan rumah, “Huaaah... hari ini ‘kan hari minggu, santai saja ah” tetapi seketika itu aku termenung sejenak, “Aduh... hari ini ‘kan anggota pramuka berkumpul di sekolah, kenapa tidak ada yang mengingatkan aku sih?”. Tanpa berfikir panjang pendek, aku langsung menuju kamar mandi dan bersiap melenyapkan kuman-kuman yang hinggap di badanku dengan sabun andalanku, ‘Lifebuoy. “Aduh... dimana handukku?” tak sadar jika aku mandi tanpa membawa handuk, langsung saja aku berteriak memanggil Ibu untuk mengambilkan handukku. Dengan didorong oleh waktu, aku langsung mempersiapkan segalanya, mulai dari seragam pramuka, sepatu, dan tas yang selalu aku bawa tiap harinya.

            Sekitar seperempat jam aku tiba di sekolah kesayanganku, MTs. Ternyata aku tidak terlambat sekali, masih sebagian anak yang kelihatannya belum sampai di sekolah. Susah payah mandi akhirnya badan penuh dengan keringat. Tiba-tiba nada dering berbunyi, sebuah pesan aku baca “Yang sudah datang langsung ke lantai 2 untuk membahas acara liburan?”. Mendengar kata-kata itu, aku berteriak kesenangan di dalam hatiku dan langsung menaiki tangga yang lumayan tinggi. “Tok... tok... tok...” aku mengetuk pintu dengan sekeras mungkin, dan “Masuk...” suara yang ramai sekali menurutku. “Ayo, segera berkumpul, biar tidak terlalu lama?” perintah dari kakak pembina. Kami berkumpul dengan tertib, tentu saja laki-laki berkumpul dengan laki-laki perempuan dengan perempuan. Di forum ini kami membahas acara liburan yang akan dilaksanakan besok bila tidak ada halangan tentunya. Kami berdiskusi, bertanya, serta mencatat persyaratan-persyaratan yang ada. Banyak yang memilih tempat-tempat liburan sesuai dengan kehendaknya masing-masing, ada yang ingin ke Monas, Trans Studio Bandung, Lawang Sewu, Lembah Hijau, dan banyak lagi lainnya. Namun keputusan kakak pembina jauh dari harapan kami semua, kakak pembina memilih beribur ke pantai Clara, yang berada di Padang Cermin. Dengan sangat kecewanya kami menyetujui dan tentunya dengan biaya yang sangat murah bukan? Masalah objeknya selesai, kini tinggal peserta yang ingin ikut dan disetujui oleh orang tua masing-masing, dan yang paling menyenangkan bagiku adalah saat dia juga ikut acara liburan ini. Nurul Aini adalah perempuan yang shalehah, mandiri, rajin terhadap apa yang ia kerjakan, diperbolehkan oleh orangtuanya untuk ikut berlibur ke pantai Clara. “Yes, hore... kesempatan bagiku” ujar hatiku yang tak sabar ingin mengatakan sesuatu kepada perempuan berjilbab itu. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 a.m. waktunya untuk pulang, aku harus buru-buru mencari tumpangan untuk mengantarku sampai di rumah. Kebetulan sekali datang seseorang dengan motor Honda Supra X nya, Fauzi salah seorang temanku yang memang arah rumahnya bersamaan dengan rumahku, “baik sekali nasibku hari ini”. Aku berboncengan dengannya sampai ke depan pintu gerbang rumahku.
            Selepas dari sekolah, aku mulai mempersiapkan peralatan yang dibawa untuk liburan besok. Tapi aku tidak khawatir akan bekal untuk makanku selama liburan, karena panitia sudah menyiapkan makanan yang sebelumnya sudah dibayar. Pakaian untuk berenang sudah, untuk ganti sudah, peralatan mandi mulai dari sikat, handuk, sabun beres semua, berfikir sejenak sampai lima menit berlalu. Tiba-tiba nada dering hpku berbunyi, ternyata hanya sebuah sms dari temanku yang bernama Rizky, “Biarlah, paling tidak penting” fikiran pendekku berkata. Serasa sudah lengkap semua, aku berbaring diatas ranjang yang ‘empuk untuk menghilangkan rasa lelahku. Beberapa menit kemudian aku tertidur pulas, serasa tidak mempunyai beban apapun, sampai-sampai semut, nyamukpun ikut berbaring diatas badanku.
            Tak beberapa lama dari itu, suara adzan maghrib membangunkanku. Dan aku bangun dan segera mengambil air untuk berwudhu, berdoa agar perjalanan besok selamat, sehat wal afiat, dan rencanaku berhasil, amin. Sepulangnya dari masjid, aku membuka pesan singkat dari Rizky tadi siang yang berisi “Jangan lupa, besok bawa bola kaki bar?”, Oh ya ampun, hampir saja aku lupa membawa bola, karena bagianku membawa bola, sedang yang lain ada yang membawa gitar, kamera dan lain-lain. Dan aku juga langsung teringat untuk membeli snack, karena besok pasti akan boring jika berada dalam bis tanpa snack. Aku bergegas mengeluarkan motor dan berangkat menuju toko yang banyak snacknya yaitu di Alfamart, yang katanya belanja puas, harga pas. Disitu aku membeli snack yang banyak karena besok tidak hanya aku saja yang memakannya, tetapi semua teman-temanku juga.
            Kulihat waktu mulai malam, dan rasanya sudah cukup banyak snack dan minuman yang kubeli. Kubawa belanjaanku tersebut ke meja kasir, setelah itu aku membayarnya dengan sebagian uang tabunganku. Setelah membayar aku pulang dengan bawaan yang banyak, ketika aku mengendarai motorku, aku melihat Aini sedang bersama kakaknya pergi ke rumah makan yang ada di pinggir jalan, sebelah Bank Tataarta. Rasanya aku ingin menggantikan kakaknya dan duduk tepat di hadapannya, tetapi itu hal yang mustahil bagiku. “Aku harus bersabar sampai waktunya tiba nanti” kata-kata yang terucap dalam hatiku. Aku meneruskan perjalanan kembali dan lima menitan aku sampai di rumah. “Huaaah... tak sabar aku untuk hari esok”. “Aini, telah lama kupendam perasaan ini, mungkin selama ini dirimu tak menyangka bahwa diriku telah menyukaimu” ujar kataku manis. “Benarkah?” tanyanya dengan lembut. “Iya, aku itu suka... sa... ma... kamu, tolong terima aku apa adanya?” permintaan penuh harapan. “Maaf bar, tetapi aku... aku tidak  menyukaimu, Maaf ya?” “E... ”
            Keesokan harinya...
            Aku bangun dari tidurku, dan ternyata itu hanya sebuah mimpi, syukurlah. Ternyata masih pukul lima pagi, aku menuju dapur untuk menyiapkan perbekalan berupa snack dan minuman yang telah aku beli. Setelah itu aku mengambil air wudhu dan segera sholat shubuh agar diperjalanan nanti merasa tenang. Setelah semua siap aku berangkat, dan hampir saja aku tertinggal karena jam enam tepat kami sudah harus berangkat.
            Diperjalanan sudah aku rencanakan sebelumnya, bernyanyi bersama, makan bersama, tertawa bersama dalam sejuknya AC sampai-sampai ada yang tertidur pulas, dan ada juga yang asyik chatingan.  Setelah asyik bersenang-senang selama kurang lebih empat jam, kami hampir sampai ditujuan. Pemandangan laut mulai terlihat jelas dari dalam bis, wisatawanpun mulai berdatangan. Akhirnya kami turun juga dari bis, kami langsung berjalan berkeliling. Tak sampai beberapa meter, kami melihat ada lapangan sepakbola dengan gawangnya tetapi berbeda dengan ukuran lapangan sebenarnya. Kami mulai membagi tim dengan jumlah pemain yang sama, kakak pembina pun tidak mau kalah, mereka juga ikut dalam permainan ini. Kami asyik bermain hingga sekujur badan dipenuhi keringat, yang lebih mengasyikan ketika kami unggul melawan kakak pembina. Tak senang melihat kami bermain bola, datang rombongan lain untuk mengajak kami bertanding sepakbola. Kami terima tawaran tersebut dan kami membuat formasi yang bagus, walaupun aku berada diposisi bagian back tetapi aku senang bisa bermain melawan sekolah lain, dengan kekuatan seadanya kami bermain imbang karena kelelahan bermain sejak tadi. Teman-teman wanita pun tidak mau kalah, mereka memberi dukungan sekeras mungkin. Semangat kami mulai bangkit, gol pertama dicetak oleh Aldi, yang postur tubuhnya seperti aku. Tetapi tim lawan juga tidak mau kalah justru berbalik arah, Ibnu dan Aziz saling mencetak gol ke gawang lawan sehingga skor akhir 4-3, akhirnya walaupun lelah terasa tetapi kami menang.
            Selepas bermain bola, kami berganti pakaian untuk berenang di pantai yang bening nan sejuk, sebelum itu kami berfoto-foto untuk mengenang masa-masa terakhir ini. Rupanya sebagian temanku sudah berada menengah ke laut, mereka mencari kerang untuk hiasan, aku juga tidak mau kalah untuk mencari kerang sebanyak-banyaknya. Tetapi tak sampai ketengah, aku langsung minggir karena tak bisa berenang. Salah seorang temanku, zaenal yang menyewa “ban” untuk ke tengah laut dan aku ikut bersamanya sampai ketengah laut. Sesekali aku menengok dan melihat dia berenang tetap memakai jilbab, tidak seperti teman-temannya yang berenang tanpa memakai jilbab, hal inilah yang aku suka dari dirinya. Aku langsung mengambil kerang-kerang yang motifnya bagus dan indah. Langsung saja kurangkaikan menjadi sebuah kalung untuk kujadikan alat sebagai bukti aku mencintainya, tetapi aku masih memikirkan mimpi yang semalam, aku takut bila mimpiku menjadi kenyataan nantinya. Aku dan zaenal berusaha mencari lagi kerang-kerang yang lebih bagus. “Kayaknya udah banyak bar, udahan yuk?” “Ya udah, lagipula udah dipanggil untuk makan siang”. Kami berdua segera menuju pantai untuk makan siang bersama tentunya setelah ganti pakaian. Sambil menikmati makanan yang enak, juga menikmati indahnya biru lautan.
            Disaat terik matahari mulai menyengat, kami menyeberangi pulau kecil di seberang menggunakan perahu kecil yang harganya murah. Tak lupa membawa kamera, kami foto bersama di perahu kecil. Sekitar setengah jam kami sampai, di pulau kecil ini tak ada apa-apa. Disana kami hanya mengambil foto saja, hati kecilku bertanya “Mungkin ini waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku”. Kalung kerang buatanku masih kubawa dan aku mulai mendekatinya.
“Pemandangan disini tidak kalah indahnya ya?”
“Tidak kalah indahnya sama apa?” jawabnya dengan nada halus.
“Tidak kalah indahnya sama wajahmu”
“Makasih” jawabnya penuh senyum.
“An, kamu mau terima ini gak?” tanyaku dengan memberikan kalung buatanku
Sekali lagi dia menjawab “Makasih, cantik banget”
“Itu tanda aku mencintai kamu loh, terima ya?”
“Tapi... kamu yakin? Kamu serius sama aku?”
“Kalo kamu terima, aku bakalan serius”
“Ya, aku terima”
“Cie...” sorak teman-temanku. “Kayaknya nanti malam M2M” ujar zaenal. Hatiku senang tak karuan, karena semalam mimpi buruk tetapi syukurlah tidak sampai terjadi. Waktu kami telah habis, saatnya kami kembali ke pantai, karena masih banyak pengunjung lain yang ingin mengunjungi pulau kecil ini. Setelah sampai kurang lebih pukul empat sore, kami mandi di kamar mandi terdekat. Setelah selesai mandi, kami membereskan barang-barang ke dalam mobil. Tepat pukul lima sore, kami pulang melewati jalan sebelumnya. Yang membuat berbeda dengan perjalanan sebelumnya adalah kali ini aku duduk bersama kekasih yang baru saja jadian. Setengah perjalanan dilalui, tiba-tiba mobil mogok dan berhenti, hal inilah yang menunda perjalanan kami. Entah apa yang sebenarnya terjadi yang penting aku terus berada didekatnya. Sambil menunggu, kami semua menyanyikan lagu geisha, aku mengajak Aini berdiri untuk menjadi seperti peran video klip, tapi dia malu-malu dan tidak mau. Kucoba beberapa cara untuk meyakinkan dia bahwa ini teman-teman yang kita kenal, akhirnya dia pun ikut berdiri. Walaupun menunggu mobil hingga bermenit-menit, tetapi kami menggunakan waktu ini untuk bersenang-senang. Tetapi kami sudah menunggu sekitar dua puluh menitan, akhirnya semua anak laki-laki turun dan ikut membantu mengganti ban dan membantu mendorong mobil, hingga bersusah payah kami mendorong sekuat tenaga akhirnya mobil kembali lancar dan siap memulai perjalanan kembali. Beberapa menit kemudian mobil selesai diperbaiki, dan kami melanjutkan perjalanan kembali. Empat jam berlalu akhirnya kami sampai juga dengan selamat. Akhirnya aku dan dia pulang bersama-sama sampai ke rumahnya. Sejak saat itulah aku selalu berbagi waktu dengannya, canda tawa, duka cita selalu kami jalani bersama.
{Tamat}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar